Ku berumah tangga
(pake musik dangdut, eh ada g seh lagu dangdut begitu? Kayaknya ada yah?).
Terkadang masih berasa jetlag, ‘beneran yah gw udah punya suami dan ANAK?!’
Hihihi...padahal gw ini udah masuk usia matang untuk menikah, tapi ya
itu... I’m not a girl, not yet a women.. lalalalala...... Gak lama setelah menyesuaikan
diri kalo di sebelah gw ada seonggok sosok suami yang kadang ngorok pada saat
tidur, lalu menyesuaikan diri lagi kalo ada segumpal daging unyu di rahimku,
dan menyesuaikan diri lagi harus bangun tengah malem untuk mengeluarkan nenen (lalu tidur lagi). Very happy,
proud, amazing, glad, thankful, grateful, dan ful ful lainnya hidup sudah sampai pada titik
ini. Tapi very worry, scare, confuse,
tired pun terkadang mewarnai hari-hari kami. Seperti yang pernah gw tulis di
the last critical point, build a family is the bigger atau bahkan biggest responsibility.
Sedikit kaleidoskop
kalo kata program gosip di tv. Bahtera ini dimulai dari bulan madu berdua (ya
iya masak se desa). Dilanjutkan dengan tanda garis 2 di alat testpack yang
bikin bahagia mengalahkan perasaan bahagia manapun. Lalu hari-hari muntah2 yang
dibarengin dengan kejamnya dunia kantor, kejamnya ibu kota, dan kejamnya kereta
comuter line. Sebagai pasangan muda yang unyu, yang exited bgt punya jabang
bayi, tapi kondisi finansial harus direstart dari nol lantaran abis buat modal
nikah, dan punya cita-cita : punya anak, punya rumah ( walopun ngutang);
hunting dokter obgyn yang terjangkau juga jadi kegiatan penting beberapa bulan
yang lalu. Manusia berencana, Tuhan yang menentukan (ini kenapa jadi berat gini
pembahasannya hehe), udah cucok sama seorang dokter obgyn yang ganteng di rumah
sakit yang melayani askes pada saat itu, tiba-tiba si dokter harus cau ke luar
negri dan askes tidak berlaku lagi. Tapi
ternyata petuah masing-masing anak ada rejekinya itu nyata, episode melahirkan
ini diakhiri dengan melahirkan di rumah sakit yang menurut kita lumanyun menguras
simpenan. Dengan cara cesar. Yasalam... Alhamdulillah kebayar, tunai. Dan
cita-cita punya rumah (walopun ngutang) itu pun menjadi nyata.
1 tahun, bertiga plus satu orang bibi (thanks
god for sending her to us hehehe...) in a small house (walopun ngutang).
Hal-hal kecil dibalik peristiwa-peritiwa besar itu yang sebenarnya bikin kita
jetlag sebagai pasangan muda unyu bin culun. Banyak hal. Dari nentuin pake bank
mana untuk KPR (gak mau rugi), sampe nentuin mau pake alat kontrasepsi apa buat
ngatur jarak banyu n adeknya. Dari nawar harga gorden buat jendela rumah (I
really know nothing about this gorden things, dan ternyata mahal yaaa untuk
seonggok gorden) sampe ikut pengajian rt dan memperkenalkan diri sebagai ‘mama
banyu.’ Gw sama suami sering cengar-cengir sambil bilang ‘belajar ya ayah’,
‘belajar ya mami’:)..
Selamat 1 tahun ayah dan mami, selamat 2 bulan
14 hari banyu sayang, lets row row row our boat gently down the stream....
![]() |
kena tangan bibi *foto by bibi |